Klaten – Penyuluhan “Mengenal dan Mengatasi Temper Tantrum pada Anak” diselenggarakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan Masyarakat (IPKRS dan Humas) bertempat di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSJD Dr. RM. Soedjarwadi pada Kamis (29/9/22). Hadir sebagai narasumber adalah Psikolog RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, Yulia Eka Sari Maria Goretti, M.Psi. Penyuluhan disampaikan kepada orang tua dan pendamping pasien anak untuk meningkatkan pemahaman tentang pengertian temper tantrum, penyebab temper tantrum, apakah temper tantrum itu normal, kapan temper tantrum dikatakan tidak normal, dan cara menghadapi anak yang mengalami tantrum.
Anak dalam masa pertumbuhannya akan melalui masa keemasan yaitu saat anak berusia 0-6 tahun. Masa keemasan adalah masa yang efektif bagi orang tua untuk mengajarkan sesuatu atau memberikan stimulasi tertentu kepada anak. Kemampuan tumbuh kembang anak yang semakin berkembang juga akan diikuti dengan kemampuan anak dalam merespon segala sesuatu. Anak akan berkenalan dengan rasa emosi, rasa kecewa, dan rasa marah ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Perasaan yang dialami anak tersebut adalah sesuatu hal yang wajar dan merupakan bagian dari proses anak dalam melampiaskan apa yang dirasakan. “Terkadang anak-anak rasa emosinya, rasa kecewanya, rasa sedihnya itu tidak dapat tersalurkan dengan baik karena mungkin secara kemampuannya juga belum berkembang tapi terkadang kita sebagai orang tua kurang memberikan kesempatan anak-anak kita untuk melampiaskan atau meluapkan emosinya secara tepat” tutur Yulia Eka. Kondisi ketika emosi anak tidak dapat tersalurkan dengan baik akhirnya menyebabkan munculnya emosi yang meledak-ledak. Hal ini yang dikenal dengan istilah temper tantrum yaitu kondisi ketika ledakan emosi tidak dapat tersalurkan dengan baik oleh anak.
Lebih lanjut Yulia Eka menyampaikan tentang penyebab munculnya temper tantrum yang dapat muncul dari dalam diri anak atau dari kondisi lingkungan sekitar. “Kalau dari dalam diri anak tersebut itu karena ketidakmampuan anak untuk meregulasi emosi, ada permasalahan dengan teman atau keluarga, ada masalah dengan tumbuh kembangnya” jelas Yulia Eka. Faktor eksternal penyebab munculnya temper tantrum berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan anak. Orang tua tidak konsisten, terlalu banyak mengkritik, terlalu protektif, mengabaikan, serta tidak memberikan cinta dan perhatian yang cukup untuk anak dapat menjadi penyebab temper tantrum.
Temper tantrum dapat dikatakan normal jika terjadi pada anak usia 1-4 tahun, berlangsung tidak setiap hari, durasi tidak lama, dan setelahnya anak bisa mereda serta mengkondisikan dirinya dengan baik. Terjadinya temper tantrum dapat dikatakan tidak normal apabila temper tantrum menetap sampai dengan usia di atas 5 tahun, berlangsung selama lebih dari 15 menit, bersifat agresif seperti menyakiti orang lain, dan anak tidak dapat mengendalikan diri dengan baik. Temper tantrum juga dianggap abnormal jika terjadi lebih dari 5 kali sehari.
Yulia Eka juga menjelaskan tentang cara menghadapi anak yang mengalami tantrum. “Kita tenang dulu, kita mengendalikan diri kita dulu supaya kita bisa mengendalikan anak kita kemudian kita ajarkan anak kita untuk melakukan manajemen dalam mengelola emosi atau marahnya itu secara adaptif” jelas Yulia Eka. Cara selanjutnya yaitu orang tua mulai bisa untuk mengarahkan anak supaya bisa teralihkan dari amarahnya. Orang tua perlu untuk mendisiplinkan anak dengan singkat dan jelas serta dibutuhkan konsistensi dalam pelaksanaannya.
Lebih lanjut Yulia Eka menjelaskan “kita mulai perlu mengenali apa sebenarnya yang membuat anak kita muncul perilaku tantrum apakah karena ingin dapat perhatian, ingin didengarkan orang tua, atau karena tidak dipahami misal karena keterlambatan bicara sehingga orang tua tidak paham”. Orang tua juga perlu untuk memahami bahwa bukan hal yang tepat untuk menertawakan anak ketika tantrum. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mengajari anak tentang tingkatan intensitas amarah, menetapkan batasan yang jelas untuk mengatasi kemarahan anak sesuai dengan usia dan kemampuannya, memberikan penghargaan atas perilaku yang sesuai, menjaga komunikasi yang terbuka terhadap anak, dan mengajarkan rasa empati terhadap orang lain.
Selain penyampaian materi, juga diadakan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh orang tua dan pendamping pasien anak. Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada orang tua dan pendamping pasien anak dalam menangani dan mengelola tantrum pada anak.