Penyuluhan Hidup Sehat Tanpa Saraf Terjepit di Klinik Saraf RSJD Dr. RM. Soedjarwadi

Klaten – Penyuluhan dengan tema “Hidup Sehat Tanpa Saraf Terjepit” diselenggarakan Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Humas bertempat di Klinik Saraf RSJD Dr. RM. Soedjarwadi pada Kamis (8/12/22). Bertindak sebagai narasumber adalah Dokter Spesialis Saraf RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, dr. Suprapto, Sp.S. Penyuluhan disampaikan kepada pasien dan pendamping pasien Klinik Saraf dengan materi tentang gejala, penyebab, diagnosa, dan pencegahan saraf terjepit.

Hernia nukleus pulposus atau dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’ adalah penyakit yang terjadi akibat bantalan ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah sehingga bergeser dan menekan saraf tulang belakang. “Saraf terjepit itu terjadi karena proses degeneratif tulang belakang adalah proses penuaan jadi kondisi antara ruas-ruas tulang belakang ada bantalan namanya diskus intervertebralis fungsinya agar antara tulang dengan tulang tidak mengalami gesekan atau benturan yang menyebabkan rasa sakit, karena proses penuaan, bantalan tersebut ada yang mengalami penipisan” jelas dr. Suprapto, Sp.S. Jaringan di bantalan tulang belakang yang melemah akibat bertambahnya usia sehingga kelenturan/elastisitas bantalan tulang belakang akan berkurang sehingga rentan terhadap cedera dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus. Penyebab lain yaitu jatuh atau mengalami benturan pada tulang belakang, memiliki keluarga dengan riwayat saraf kejepit, memiliki berat badan berlebih, mengangkat beban berat dengan posisi dan tumpuan yang salah, melakukan gerakan menunduk dan berputar secara mendadak atau berulang, dan tambahan massa janin pada wanita hamil akan menambah beban di tulang belakang.

Saraf tulang belakang yang terjepit dapat menimbulkan gejala nyeri punggung bawah atau nyeri leher tergantung pada lokasi terjadinya saraf terjepit. Gejala yang ditimbulkan akibat saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas sehari-hari hingga menyebabkan gangguan tidur akibat rasa nyeri. “Karena bantalannya yang bergeser kalau masih ringan mungkin tidak ada gejala tapi kalau bantalannya sudah mengalami penipisan atau pecah menjepit sarafnya itu baru gejala saraf terjepit” ungkap dr. Suprapto, Sp.S.

Gejala hernia nukleus pulposus pada leher seperti nyeri pada leher dan bahu yang menjalar ke lengan, kesemutan atau kaku otot di salah satu lengan, dan sensasi seperti terbakar di leher, bahu, dan lengan. Jika hernia nukleus pulposus terjadi pada punggung bawah maka gejala yang ditimbulkan seperti sakit pada punggung bawah dan semakin memburuk ketika bergerak atau berubah posisi, nyeri di area pantat yang menjalar ke salah satu atau kedua tungkai, kesemutan atau kelemahan otot di tungkai, kondisi hilangnya sensasi secara bertahap yang memengaruhi area yang menyentuh pelana, dan mungkin tidak bisa menahan buang air kecil atau kesulitan buang air kecil.

“Kalau ada orang mengalami keluhan nyeri yang menjalar baik di leher atau di punggung sebaiknya segera konsultasi ke dokter untuk dilakukan pengecekan apakah karena pernah jatuh atau karena berat badan yang berlebih” jelas dr. Suprapto, Sp.S. Diagnosa hernia nukleus pulposus akan dilakukan dokter dengan menanyakan gejala yang dialami dan aktivitas apa yang dilakukan kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan saraf dengan mengukur kekuatan dan refleks otot serta kemampuan bagian tubuh dalam merasakan rangsangan. Jika dicurigai mengalami hernia nukleus pulposus maka dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti foto X-ray dan CT Scan atau MRI untuk melihat kondisi tulang belakang dan elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik otot saat berkontraksi.

Lebih lanjut, dr. Suprapto menyampaikan tentang langkah-langkah pencegahan terjadinya saraf terjepit “beberapa cara pencegahan untuk yang masih normal agar tidak terkena saraf terjepit yaitu olahraga secara teratur, olahraganya yang ringan saja yang penting bisa untuk menguatkan otot pinggul dan otot paha”. Risiko saraf terjepit juga dapat dikurangi dengan menjaga postur tubuh yang baik seperti duduk dengan punggung tegak, mengangkat beban dengan posisi benar, dan sesekali berdiri dan melakukan peregangan jika pekerjaan mengharuskan duduk dalam waktu lama. “Posisi tidur juga perlu diperhatikan agar ketika tidur posisi tulang belakang tetap dalam posisi yang bagus jadi bisa untuk bantal dengan penyangga di punggung atau di bawah lutut dan untuk leher itu bantal harus tidak terlalu tebal yang penting tulang leher dan punggung dalam posisi sejajar” jelas dr. Suprapto, Sp.S.

Langkah pencegahan lain yaitu berhenti merokok karena kandungan rokok dapat mengurangi suplai oksigen ke bantalan tulang belakang, mempertahankan berat badan ideal untuk mencegah tekanan berlebih pada tulang belakang, dan menggunakan sepatu datar dengan bantalan lunak pada alasnya untuk mengurangi tekanan pada punggung. Turut diadakan peragaan cara mengangkat beban berat dengan posisi benar untuk memberikan pemahaman bagi peserta penyuluhan. “Kalau misalnya dengan istirahat, dikompres, mungkin dioles dengan minyak atau krim anti nyeri tetap tidak berkurang sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk dilakukan fisioterapi mungkin perlu ditambah dengan obat anti nyeri agar nyerinya tidak berkepanjangan” jelas dr. Suprapto, Sp.S.

Penyuluhan “Hidup Sehat Tanpa Saraf Terjepit” disambut antusias oleh pasien dan pendamping pasien. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan pendamping pasien tentang gejala, penyebab, dan pencegahan saraf terjepit. Sebagai hasil, diharapkan pasien dan pendamping pasien dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan saraf terjepit agar dapat hidup sehat tanpa saraf terjepit. Jika Anda membutuhkan pertolongan ahli, pelayanan Dokter Spesialis Saraf tersedia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi