Penyuluhan Gangguan Afektif Bipolar di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi

Klaten – Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menyelenggarakan penyuluhan dengan tema ‘Gangguan Afektif Bipolar’. Penyuluhan disampaikan oleh narasumber Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, dr. Murtini, Sp.KJ, M.Kes, bertempat di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi pada Kamis (16/06/2022).

Melalui penyuluhan ini, dr. Murtini memberikan materi tentang pengertian bipolar, penyebab bipolar, dan penanganan bipolar. Orang dengan gangguan bipolar merasakan emosi yang tidak biasa yang terjadi pada periode tertentu. Setiap periode merepresentasikan perubahan drastis dari perasaan dan perilaku normal seseorang. “Gangguan bipolar ini ada dua episode, kadang episode manik senang yang berlebihan mungkin ketawa sendiri, kemudian pada waktu tertentu dia mengalami fase depresif sedih berlebihan”, ungkap dr. Murtini.

Ketika seseorang terlalu gembira maka ia berada pada Episode Manik ditandai dengan berbicara dengan sangat cepat, melompat-lompat dari satu ide ke ide yang lain, sangat mudah terganggu, bertambahnya kuantitas aktifitas secara cepat, tidak mudah merasa lelah dan waktu tidur menjadi lebih sedikit, timbul kepercayaan yang tidak realistis pada kemampuan diri sendiri. Sebaliknya ketika seseorang merasakan sedih yang sangat mendalam maka ia berada pada Episode Depresi ditandai dengan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disenangi serta muncul masalah pada konsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan.

Penyebab gangguan bipolar sangat multifaktor mencakup faktor biologi atau genetik dan faktor psikososial. Faktor biologi seperti keluarga ada yang pernah mengalami gangguan jiwa. Faktor psikososial seperti peristiwa kehidupan dan keadaan lingkungan yang menimbulkan stress.

Penanganan bipolar menggabungkan farmakologi atau penggunaan obat dan psikoterapi. Ketika menjumpai gejala bipolar segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dari psikiater. Obat berfungsi untuk memperbaiki neuro transmitter yang ada di otak. Ketika neuro transmitter stabil maka pasien gangguan bipolar menjadi tenang tidak mengalami fase manik dan fase depresi serta dapat beraktivitas normal. Selain pengobatan, penanganan dapat dilakukan dengan terapi psikososial untuk memperbaiki kognitif.

“Pasien itu mengalami gangguan neuro transmitter sehingga kalau gangguan ini tidak diobati maka akan memberat. Kalau menemui keluarga, saudara, tetangga yang seperti itu jangan dibiarkan, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk segera diobati”, jelas dr. Murtini. Lebih lanjut dr. Murtini menyampaikan “Penyakit apapun termasuk gangguan jiwa bipolar kalau terlambat penanganan maka akan sulit untuk bisa kembali sembuh sempurna”.

Penyuluhan disambut antusias oleh pasien rawat jalan dan pengantar pasien Poli Jiwa Instalasi Rawat Jalan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi. Selain penyampaian materi, diadakan sesi tanya jawab dengan peserta seputar gangguan kesehatan jiwa. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kepekaan pasien dan pengunjung terhadap gejala gangguan jiwa bipolar di lingkungan sekitar dan langkah penanganan yang tepat.