Klaten – Penyuluhan Dampak Toxic Parenting bagi Perkembangan Anak diselenggarakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Humas bertempat di Klinik Nyeri RSJD Dr. RM. Soedjarwadi pada Jumat (18/11/22). Hadir sebagai narasumber adalah Psikolog Klinis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, Ima Santika Jayati, S.Psi, M.Psi, Psikolog. Materi penyuluhan disampaikan tentang pengertian toxic parenting, ciri-ciri orang tua toxic, penyebab orang tua menjadi toxic, akibat toxic parenting, dan pencegahan toxic parenting.
Toxic parenting merupakan pola pengasuhan anak yang keliru dan meracuni anak ketika orang tua melakukan tindakan-tindakan tertentu yang tanpa sadar menjadi beban bagi psikologis anak. Orang tua dapat terlihat normal dengan memberikan kebutuhan anak, tidak menyakiti secara fisik, mencintai anak sepenuhnya, dan menginginkan yang terbaik untuk anak namun terdapat sikap orang tua yang dapat menjadi toxic atau racun terhadap mental anak. “Kenapa bisa seperti itu? Padahal kan orang tua pengennya yang terbaik buat anaknya tapi bisa jadi apa yang sudah dilakukan orang tua itu ternyata tidak memberikan kenyamanan buat anak jadi anak merasa dipaksa, dikontrol, dan dikekang” jelas Ima Santika Jayati.
Selanjutnya, Ima Santika Jayati menyampaikan tentang ciri-ciri yang dapat dijumpai pada orang tua toxic yaitu lebih berfokus pada diri sendiri dan kurang peduli dengan kondisi sekitar termasuk anak. “Kalau sudah sepedaan jadi lupa dengan anak istri atau terlalu asik dengan gadgetnya sampai lupa dengan perkembangan anak, tidak pernah menanyakan PR sudah dikerjakan apa belum” tutur Ima Santika Jayati. Ciri lain yang dapat ditemukan pada orang tua toxic yaitu mudah menyelesaikan permasalahan dengan kekerasan fisik dan verbal. “Bapak Ibu setiap hari dari bangun tidur sampai malam pasti kegiatannya sudah sangat banyak, ketika capek lihat anak rewel pengen marah tanpa sadar membentak anak” jelas Ima Santika Jayati. Toxic parenting juga memiliki ciri seperti suka mengatur dan mengontrol anak secara berlebihan, kurang memiliki batasan terhadap keinginan anak, tidak pernah memberikan pujian atau penghargaan kepada anak, menuntut anak secara berlebihan, dan menyalahkan anak atas masalah yang dihadapi.
Orang tua dapat menerapkan toxic parenting disebabkan oleh sifat alami orang tua yang ingin melindungi anaknya namun jika berlebihan akan membatasi ruang gerak anak. Perilaku toxic pada orang tua biasanya berasal dari pola asuh yang serupa yang diterima oleh orang tua di masa lalu. Ima Santika Jayati menekankan “anak itu tidak hanya punya kebutuhan fisik tapi juga kebutuhan emosional seperti diperhatikan dan disayangi itu juga kebutuhan yang tidak kalah penting”.
Toxic parenting dapat berakibat pada perkembangan anak selanjutnya. Orang tua toxic dapat mengakibatkan luka psikologis atau luka pengasuhan pada anak baik pada masa sekarang ataupun di masa depan. Sebagai akibat dari toxic parenting, anak dapat menjadi kurang percaya diri karena merasa orang tua tidak menghargai dan memerhatikan, anak tumbuh dengan ketakutan, anak penuh dengan rasa bersalah, atau anak dapat juga menjadi arogan dan tidak pernah belajar dari kesalahan. “Orang tua yang menjadi racun jika hal itu diterapkan pada anaknya nanti anaknya juga ada luka psikologis ketika anak dewasa akan terus teringat, nanti kalau anak-anak juga menjadi orang tua akhirnya kembali lagi menerapkan pola asuh yang salah” jelas Ima Santika Jayati. Inilah sebabnya mengapa toxic parenting harus dihindari.
Orang tua dapat menerapkan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya toxic parenting yaitu dengan meningkatkan intensitas komunikasi dengan anak. “Meskipun sibuk bekerja tetap sempatkan waktu untuk mengobrol dengan anak walaupun anaknya masih kecil belum terlalu bisa diajak ngomong tetap diajak ngomong nanti pasti anak itu bisa merasa tenang dan diperhatikan” tutur Ima Santika Jayati. Langkah selanjutnya yang dapat diterapkan adalah memberikan kebebasan pada anak dengan tetap dilakukan pengawasan pada anak, mengendalikan emosi terhadap anak, meminta maaf pada anak jika melakukan kesalahan, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, mendengarkan anak bercerita dengan penuh empati, menerima anak tanpa syarat, dan memotivasi anak agar percaya diri dengan potensi yang dimiliki.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran orang tua agar dapat menghindari pola asuh anak yang keliru. Sebagai hasil, diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh yang baik pada anak dan memperbaiki pola asuh yang keliru jika orang tua menemukan ciri-ciri toxic parenting dalam dirinya. Jika Anda membutuhkan pertolongan dari ahli, pelayanan konsultasi dengan Psikologi tersedia di Klinik Psikologi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.