Memahami Perkembangan Anak melalui Penyuluhan “Anakku Aktif atau Hiperaktif?” di Klinik Tumbuh Kembang Anak

Klaten – Penyuluhan dengan tema “Anakku Aktif atau Hiperaktif?” diselenggarakan Instalasi Keswamas dan PKRS bertempat di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSJD Dr. RM. Soedjarwadi pada hari Kamis (27/07). Hadir sebagai narasumber adalah Yulia Eka Sari M.G., S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi. Penyuluhan ditujukan kepada orang tua dan pendamping pasien anak agar lebih memahami apakah anak aktif atau hiperaktif.

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) terdiri dari 3 jenis yaitu gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, atau campuran keduanya. Tipe gangguan pemusatan perhatian ditunjukkan dengan gejala seperti kurang teliti, kesulitan memusatkan perhatian pada penugasan atau permainan, seakan tidak mendengar saat diajak bicara, sering gagal mengikuti instruksi, kesulitan dalam mengorganisasi tugas, sering kehilangan alat, mudah terdistraksi, dan sering lupa pada kegiatan rutin. Sedangkan tipe hiperaktif dan impulsif memiliki ciri yaitu kaki dan tangan tidak bisa diam, berlari atau memanjat tanpa peduli lingkungan, berdiri atau berjalan saat dituntut duduk diam, sulit bermain dengan tenang dan santai, menjawab sebelum pertanyaan selesai, terlalu banyak bicara, tidak bisa menunggu giliran, dan menginterupsi orang lain.

“Anak yang aktif tidak selalu hiperaktif sehingga orang tua perlu belajar mengenali bagaimana anak yang aktif dan bagaimana anak hiperaktif” tutur Yulia Eka Sari M.G., S.Psi, M.Psi, Psikolog. Keaktifan anak adalah kesempatan bagi anak untuk melakukan proses eksplorasi lingkungan. Orang tua dapat mendukung keaktifan anak dengan memperhatikan dan mengarahkan anak pada kegiatan positif dan tidak membahayakan.

Perbedaan anak aktif dan hiperaktif yaitu anak aktif mampu berkonsentrasi, lebih penurut, tahu kapan dia lelah dan kapan dia bergerak, lebih sabar, dan memiliki intelektualitas tinggi. Sedangkan anak hiperaktif cenderung tidak fokus, tidak sabar, usil, tidak kenal lelah, bergerak tanpa tujuan, dan dapat bersikap destruktif. Anak hiperaktif menunjukkan perilaku aktif pada segala situasi termasuk saat melakukan aktivitas menyenangkan bagi anak seperti menonton televisi dan menggunakan gadget.

Yulia Eka Sari M.G., S.Psi, M.Psi, Psikolog juga mengingatkan bahwa orang tua adalah role model bagi anak maka orang tua perlu bersikap bijaksana dalam mengenalkan dan menggunakan gadget. Orang tua dapat melatih kemampuan atensi dan konsentrasi anak dengan hal-hal sederhana di rumah.

Anak hiperaktif dapat diberikan intervensi untuk mengelola perilakunya agar lebih terarah dengan Okupasi Terapi, Terapi Perilaku, Psikoterapi, Intervensi Akademis, Psikoedukasi untuk orang tua, dan tindakan medis. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan orang tua dalam mengenali perkembangan anak. Jika Sobat Soedjarwadi menemukan gejala-gejala anak hiperaktif pada orang terdekat, pelayanan konsultasi Psikolog Klinis tersedia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.